Terobosan Vaksin HIV Sekali Suntikan: Studi MIT Mengungkapkan Kombinasi Adjuvan yang Kuat

7

Para peneliti di MIT telah mencapai langkah signifikan menuju vaksin HIV dosis tunggal, dengan menunjukkan pada tikus bahwa kombinasi dua bahan pembantu secara dramatis meningkatkan respons kekebalan. Penelitian yang diterbitkan dalam Science Translational Medicine, menunjukkan bahwa menggabungkan aluminium hidroksida (tawas) dengan nanopartikel berbasis saponin (SMNP) menciptakan respons antibodi yang sangat beragam dan berkelanjutan terhadap HIV, sehingga berpotensi membuka jalan bagi vaksinasi satu kali terhadap berbagai penyakit menular.

Masalah dengan Vaksin yang Ada

Kebanyakan vaksin mengandalkan bahan pembantu untuk memperkuat reaksi sistem kekebalan terhadap antigen – zat yang memicu respons imun. Meskipun aluminium hidroksida umum digunakan, aluminium hidroksida tidak selalu menghasilkan kekebalan yang kuat dan tahan lama yang diperlukan untuk penyakit seperti HIV. Pendekatan baru ini mengatasi masalah ini dengan memanfaatkan kekuatan dari dua bahan pembantu yang berbeda, sehingga menciptakan sinergi yang lebih efektif.

Cara Kerja Kombinasi

Tim MIT menempelkan protein HIV pada partikel aluminium bersama dengan bahan pembantu SMNP. Kombinasi ini memungkinkan vaksin terakumulasi di kelenjar getah bening – tempat penting untuk interaksi sel kekebalan – hingga empat minggu. Paparan antigen yang berkepanjangan ini memberi sel B, sel kekebalan yang memproduksi antibodi, waktu yang lebih lama untuk memperbaiki responsnya.

“Hasilnya, sel B yang melakukan siklus di kelenjar getah bening terus-menerus terpapar antigen selama jangka waktu tersebut, dan mereka mendapat kesempatan untuk menyempurnakan larutannya terhadap antigen,” jelas J. Christopher Love, profesor teknik kimia MIT.

Para peneliti menemukan bahwa strategi bahan pembantu ganda ini meningkatkan keragaman sel B dan antibodi yang dihasilkan dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan menggunakan salah satu bahan pembantu saja. Keberagaman ini penting untuk mengembangkan antibodi penetralisir secara luas, yang dapat mengenali berbagai jenis HIV – sebuah hambatan penting dalam pengembangan vaksin HIV.

Implikasi yang Lebih Luas

Pendekatan ini tidak terbatas pada HIV; prinsip yang sama dapat diterapkan pada vaksin penyakit menular lainnya, termasuk influenza dan SARS-CoV-2. Kombinasi bahan pembantu yang dipahami dengan baik menawarkan jalur pragmatis menuju vaksin dosis tunggal, mengurangi tantangan logistik dan meningkatkan aksesibilitas global.

“Yang berpotensi ampuh dari pendekatan ini adalah Anda dapat mencapai eksposur jangka panjang berdasarkan kombinasi bahan pembantu yang sudah cukup dipahami dengan baik, sehingga tidak memerlukan teknologi lain,” tambah Love.

Penelitian ini didanai oleh Institut Kesehatan Nasional dan lembaga lainnya, yang menggarisbawahi pentingnya penelitian ini dalam perjuangan melawan penyakit menular. Meskipun penelitian lebih lanjut dan uji coba pada manusia diperlukan, penelitian ini mewakili lompatan maju yang menjanjikan dalam teknologi vaksin.